Kisah Gadis Penolong, Narkoba Telah Menjerat Kekasihku
MUNGKIN beberapa dari anda pernah mengalami hal ini sebelumnya, menemani seseorang untuk membantunya menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Ya, salah satunya adalah aku. Kisah ini masih berlanjut hingga sekarang.
Saat itu aku terbang ke Batam dalam rangka bisnis. Aku diajak oleh bos-ku bertemu dengan klien yang akan membuka perkebunan kelapa sawit. Karena aku sekretaris kepercayaan bos, maka aku harus turut serta dengannya mencatat segala jadwalnya sampai ke printil-printil dan hal remeh temeh lainnya.Rapat selama 3 hari akhirnya selesai juga. Intinya kami menjalin kesepakatan dengan pihak klien atas perkebunan kelapa sawit. Aku pun segera mengemas semua barang-barang dan membayangkan terbang ke Pekanbaru segera. Lalu meminta ijin untuk cuti sampai dengan akhir pekan. Ternyata bosku telah membayar hotel tempat kami menginap untuk seminggu, jadi masih ada sisa waktu selama 4 hari bagi kami bersenang-senang.
Ehm, tentu saja aku bersenang-senang sendirian, bukan dengan bosku. Beliau tipikal kepala keluarga yang baik dan nggak neko-neko. Kamar kami saja berpisah, dia memesan dua kamar, satu untukku dan satu lagi untuknya. Jadi jangan berpikir macam-macam tentang bosku. Ia orang baik.
Balik lagi ke waktu 4 hari yang harus kugunakan dengan sebaik-baiknya. Selain memberi ijin padaku untuk bersenang-senang selama di Batam, bosku juga memberi uang saku padaku senilai Rp2 juta agar aku bisa jalan-jalan seantero Kota Batam. Tentu saja pemberiannya harus kurahasiakan dari rekan-rekan kantor lainnya. Mereka bisa iri nanti.
Ah, segera saja tak kusia-siakan kesempatan ini. Sedang asyik-asyiknya mengunjungi salah satu mal terbesar di Batam, tiba-tiba ada seseorang yang mengajakku berkenalan. Namanya Reggy. Lelaki yang menarik meski agak chubby. Reggy seorang mahasiswa dan bekerja juga di salah satu event organizer. Dia manis dan lucu. Tanpa sadar kami sudah terlibat obrolan yang seru. Dia pintar bercerita dan amat terbuka. AKu jadi ikutan terbuka mengenai diriku dan apa pekerjaanku serta tujuanku ke Batam.
Tak sengaja, aku mengangguk saat dia mengajakku untuk bertandang ke kos-kosannya. Dia masih kecil, berbeda 6 tahun dariku. Tetapi pemikirannya dewasa. Aku sedikit mengaguminya. Muda dan mandiri. Iri bukan?
Aku pun akhirnya berjalan beriringan ke kosannya. Sesampainya disana, aku semakin kagum karena dia lelaki yang mengagumi kebersihan. Semua barang dalam kamarnya tertata rapi. Tipe cowok idealku, nih.
Berlama-lama di kamarnya sungguh membuatku betah. Ia memanjakanku bagai tamu agung dengan membelikan camilan, minuman dingin dan lain sebagainya. Tak terasa, jam menujukkan waktu tengah malam. Duh, bagaimana caraku sampai ke hotel ya?
‘’Tenang, aku antar kamu,’’kata Reggy tersenyum.
Wah, solusi tepat. Betul-betul gentleman. Ia mengantarku hingga ke pintu kamar. Ah, tak tahan aku melihat senyum manisnya. Segera kutawarkan ia untuk menginap. Senyumnya makin mengembang dan ia pun mengangguk. ‘’Ini yang aku harapkan,’’katanya.
Saat beranjak, ada sesuatu hal yang mengganjalku. Nampaknya ia sedang mengalami kesakitan. Teriakannya bukan teriakan kenikmatan. Betul saja, ia menarik tubuhnya dari dekapan tubuhku, lalu mengerang di lantai dan mencabik-cabik tubuhnya sendiri. Ada apa ini? ‘’Mana tas ku, sayang?’’kata Reggy.
‘’Ini,’’segera kuberikan saja tas yang dibawanya.
Reggy terlihat panik mencari sesuatu, ia membongkar tasnya dengan kalap. Dan mataku menangkap pemandangan tak sedap. Sebuah suntikan dan serbuk putih. Astaga, Reggy seorang drugs user! Tidak!
‘’Reggy! Apa yang kamu lakukan?’’ Aku segera menendang suntikan itu dari tangannya. Reggy mendekap tubuhku dan meminta tolong. ‘’Tolong sembuhkan aku, Renata,’’tuturnya.
Jika itu maunya, fine. Aku segera membawa Reggy ke klinik terdekat. Semua barang haram itu sebelumnya kubuang di closet agar room boy tidak menemukannya. Sesampainya di klinik, aku terang-terangan menerangkan kepada dokter jaga bahwa Reggy sakaw.
Dokter tersebut segera menanganinya. Aku hanya terdiam di ruang tunggu. Setelah dua jam, dokter keluar dan berkata bahwa Reggy telah tidur. Aku lega. Esok harinya, Reggy bangun dengan keadaan yang lebih sehat. ‘’Bagaimana kabatmu, gy?’’tanyaku.
‘’Jauh mendingan. Terima kasih Renata,’’ucapnya.
Aku terdiam dan hanya memandangi wajahnya yang pucat. Tiba-tiba Reggy berkata, ‘’Ta, mau kah kamu menjadi kekasihku, mendampingi aku untuk sembuh dari ketergantungan. Sudah lama aku cari perempuan seperti kamu yang sigap dan menampar aku kala sedang memakai narkoba itu. AKu butuh perempuan sepertimu, Ta. KAmu mau kan?’’tanyanya.
Jujur saja, aku pun menyayanginya meski kami baru pertama kali bertemu. AKu pun mengangguk dan berjanji akan menemaninya. Demi Reggy, aku memutuskan keluar dari pekerjaan dan menetap di Batam. Tak sampai dua bulan berpacaran, kami pun menikah. Reggy suami yang baik dan pengertian. Walau sampai detik ini ia belum bisa sembuh dari ketergantungan obat sepenuhnya. Tetapi aku masih disini untuk menemaninya dan membantunya keluar dari jeratan narkoba. =net
link...>>http://pekanbarumx.net